Jumat, 23 Desember 2011

Jurnal Baharudin


MENINGKATKAN KUALITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS MELALUI PENDEKATAN PAKEM PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DI KELAS VI SD NEGERI 004 TARAKAN

Baharudin

ABSTRACT

BAHARUDIN,2011. To improve the quality and result of science study through PAKEM approach on the specified characteristic of the creature at the sixth grade of SD Negeri 004  Ibrahim as the first adviser and Ermawaty Maradhi as the second adviser.
            The purpose of study is to improve the quality and the student result of natural science by using PAKEM approach at the sixth grade SD Negeri 004 Sebengkok Tarakan Tengah in academic year 2011/2012.
            This study used classroom action research design which comprise stages: (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. The research subject is thirty students at the sixth grade. The instrument for data collecting technique are test, interview, and observation sheet. The data for analysis technique is the average and the percentage of KKM (the criterion of minimum completeness) 65.
            Based on the result of study is concluded that the implementation PAKEM approach is able to improve the quality and the result of study on the specified characteristic at the sixth grade of student SD Negeri 004 Tarakan. The study indicates thirty students at the sixth grade improve the quality and the result of study from 70%  completeness before treatment to 100% study completeness after treatment.
Key words : quality, study, science, PAKEM approach

Pendahuluan
Kualitas atau mutu pendidikan tertuju pada mutu lulusan. Merupakan sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Merupakan sesuatu yang mustahil pula, terjadi proses pendidikan yang bermutu jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula.
Kualitas pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.
Berkaitan dengan pembelajaran yang berkualitas, Pudji Muljono (2006:29) menyebutkan bahwa konsep kualitas pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: (1) kesesuaian, (2) daya tarik, (3) efektivitas, (4) efisiensi dan (5) produktivitas pembelajaran.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 1987: 28).
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
Belajar Sains bukan hanya sekedar memberikan hafalan  konsep dan prinsip saja melainkan, dengan pembelajaran Sains diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang berguna bagi dirinya dalam memahami perubahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Dalam hal ini guru perlu belajar mengerti cara berfikir siswa sehingga dapat membantu memodifikasinya. Baik dilihat maupun tidak bagaimana jalan berfikir mereka mengenai suatu persoalan yang ada. Saya sebagai guru perlu menanyakan atau melakukakan  pendekatan secara individu yang bermasalah didalam kelas,  ini adalah cara yang baik untuk menemukan pemikiran mereka dan membuka jalan untuk menjelaskan apa  dan bagaimana caranya agar mereka mau berbuat dan melakukan, hendaknya memandang Sains tidak hanya menekankan pada hasil tetapi juga menekankan pada proses, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006.P.3).
Pendekatan pembelajaran Sains yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip Sains di SD Negeri 004 Tarakan, yaitu; dengan menggunakan Pendekatan PAKEM salah satu kajian materi yang tecantum dalam Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran Sains di sekolah dasar kelas VI adalah materi Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar  dengan baik, karena materi tersebut juga sangat dekat dengan lingkungan keseharian siswa di SD Negeri  004 Tarakan Tengah.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di SD Negeri 004 Tarakan sebuah pendekatan pembelajaran Sains  ditawarkan sebagai salah satu alternatif penyelesaiannya. Pendekatan yang dimaksud adalah melalui pendekatan PAKEM, sehingga proses pembelajaran benar-benar siswa aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.
PAKEM merupakan suatu akronim dari P: Pembelajaran – A: Aktif, K: Kreatif, E: Efektif, dan M: Menyenangkan. Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut. Undang-undang RI No. 20 PASAL 40, AYAT (2) tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban : a) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis b) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Sementara itu dalam PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1)  tahun 2005 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Dalam pelaksanaan PAKEM, sekurang - kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasi (Brook and Brook (2002: 1). yaitu; (a) Mengalami, (b) Interaksi, (c) Komunikasi, dan (d) Refleksi.
PAKEM dilaksanakan dalam membelajarkan siswa dikarenakan berbagai tantangan yang akan dihadapi mereka saat ini. Tantangan kondisi saat ini di antaranya: (a) perkembangan IPTEK,yang semakin cepat dan banyak perubahan, (b) laju teknologi komunikasi informasi yang tinggi, (c) sumber belajar semakin beragam, semua itu harus dibekali kepada siswa agar mampu bersaing dalam era globalisasi. Banyaknya perubahan yang terjadi di lingkungan kita, menuntut perubahan-perubahan dalam pembelajaran dan model-model pembelajaran salah satunya yaitu pendekatan PAKEM.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 004 Tarakan. Jl. Diponegoro Rt. 16 No. 01 Tarakan Tengah. Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VIB yang berjumlah 30 orang,  dengan jumlah siswa laki-laki 13 orang dan jumlah siswa perempuan 17 orang. Mereka rata-rata berumur 10 – 12 tahun dilaksanakan pada semester I Tahun ajaran 2011/2012
Mengacu dari uraian yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto (2006), menyatakan bahwa : “Objek penelitian (variabel penelitian) adalah suatu yang merupakan inti dari problema penelitian.”  yang menjadi obyek tindakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa unsur, antara lain: 1) Unsur siswa, 2) Unsur guru, 3) Unsur materi.
Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa instrumen nontes dan instrument tes. Instrumen nontes yang digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif adalah sebagai berikut: (a) Silabus, (b) Rencana pelaksanaan pembelajaran, (c) Lembar observasi, dan (d) Angket siswa.
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui data tentang hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sains. Bentuk instrumen yang berupa tes ini berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (option) yang berjumlah 20 soal pada setiap siklus. Alat evaluasi (tes) ini terlebih dahulu diuji cobakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal.
Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas, hal ini bertujuan agar mendapat tes yang valid.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode ini akan dilaksanakan selama beberapa siklus, menurut Kemmis dan MC Taggart tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Diawali siklus I kemudian hasilnya direfleksikan agar diketahui tingkat keberhasilan. Jika hasil siklus I belum menunjukkan hasil yang diinginkan, maka dilanjutkan siklus II demikian seterusnya sampai dengan tercapainya tujuan penelitian yaitu 65. Berikut gambar siklus: masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi  (Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999).
Perencanaan (planning) meliputi kegiatan identifikasi masalah, menganalisis penyebab timbulnya masalah, menetapkan tindakan pemecahan masalah, membuat skenario pembelajaran (RPP) dan membuat lembaran observasi. (a) Meneliti kelas, dalam tahap pertama ini, peneliti menemukan beberapa masalah, di antaranya adalah: 1) Siswa tidak memperhatikan guru saat menerangkan materi pembelajaran. 2) Siswa mengantuk dalam kegiatan pembelajaran. 3) Siswa malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 4) Siswa sering ribut dan gobrol dalam kelas. 5) Kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan (acting) dalam tahap ini dilaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan peneliti. Pada dasarnya dalam penelitian ini bentuk kegiatannya sama pada tiap-tiap siklus, tetapi pada siklus dua dan siklus selanjutnyaakan lebih dikembangkan dan disempurnakan.
Pengamatan (observing), observer mengamati jalannya pembelajaran dengan pendekatan PAKEM. Observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
Refleksi (reflecting) hasil dari tahap observasi selama kegiatan pembelajaran dikumpulkan serta dianalisis untuk mendapatkan gambaran pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil analisis digunakan sebagai acuan untuk perbaikan siklus berikutnya. Teknik Kuesioner, digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sains  pada pokok ciri-ciri khusus makhluk hidup.
Teknik tes, untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan ciri-ciri khusus makhluk hidup digunakan tes setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM. Teknik Observasi, digunakan untuk mengetahui hasil belajar afektif maupun psikomotorik siswa selama pelaksanaan pembelajaran.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Data hasil penelitian yang sudah terkumpul kemudian dianalisis sebagai berikut:  Data tentang hasil belajar siswa diambil dengan memberikan tes kepada siswa yang berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (option) yang berjumlah 10 soal pada setiap akhir siklus. Data tentang hasil penilaian kegiatan siswa dengan menggunakann lembar penilaian kegiatan siswa baik setiap individu maupun secara kelompok.
Data kualitatif digunakan untuk mengetahui aktifitas siswa dengan menerapkan pendekatan PAKEM sebagai data observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan PAKEM, sebagai pendekatan pembelajaran. Dan data tentang tanggapan siswa selama proses pembelajaran diambil dengan melakukan wawancara dan membuat angket siswa.
Untuk mengetahui keberhasilan siswa seperti dalam rencana tindakan maka dapat dilihat dari kinerja. Indikator keberhasilan yang digunakan didapatkan dari standar dan kualitas sekolah di SD Negeri 004 Tarakan Tengah yaitu sebesar 65%. Indikator keberhasilan tersebut dilihat dari kemampuan siswa untuk dapat menerapkan Pendekatan PAKEM dalam mata pelajaran Sains, yaitu 83% dari keseluruhan siswa dalam sempel penelitian telah mencapai ketuntasan belajar (KKM), dengan nilai minimal 65.
Indikator keberhasilan penelitian ini sendiri dapat dikatakan berhasil dengan adanya peningkatan perhatian, kerja sama, ketekunan dan keaktivan siswa untuk tiap siklusnya baik secara klasikal maupun individu. Peningkatan hasil belajar tersebut tercermin dari kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar.
Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan menggunakan 2 siklus. Siklus pertama menguraikan sub pokok bahasan ciri-ciri khusus hewan dengan membentuk kelompok-kelompok jigsaw selama 2 kali pertemuan, dan siklus kedua masih tindak lanjut dari siklus I selama 2 kali pertemuan dan dilanjutkan dengan pembahasan tentang ciri-ciri khusus tumbuhan.
Dalam penelitian ini setiap akhir pertemuan diadakan tes yang di gunakan untuk mengukur seberapa besar hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan PAKEM.
Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa; siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, tidak berani tampil di depan kelas. kurang antusias saat merespon tindakan guru, menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan siswa mengobrol sendiri, maupun bermain.
Rendahnya pemahaman siswa yang ditunjukkan dari nilai tes awal pada mata pelajaran ciri-ciri khusus mahkluk hidup (hewan) yaitu dari 30 siswa hanya 33,34 % atau 21 siswa yang mendapat nilai di atas batas KKM. Sedangkan yang lainnya berada dibawah batas KKM (65).
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas VI SD Negeri 004 Tarakan sebanyak 30 siswa hanya 21 siswa atau 70% yang memperoleh nilai di atas batas nilai ketuntasan minimal. Sebanyak 9 siswa atau 30% memperoleh nilai di bawah batas nilai ketuntasan yaitu 65. Maka peneliti mengadakan konsultasi dengan dewan guru untuk melaksanakan pembelajaran IPA melalui pendekatan PAKEM.
Dari hasil tes awal dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep ciri-ciri khusus mahkluk hidup oleh siswa kelas VIB SD Negeri 004 Tarakan masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari yang diharapkan, memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa indikator belajar materi ciri-ciri khusus mahkluk hidup.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan tanggal 14 Juli 2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukanadalah sebagai berikut: (a) Perencanaan, perencanaan tindakan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 14 Juli 2011 di kelas VIB SD Negeri 004 Tarakan. Peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (dengan alokasi waktu 4x35 menit) yaitu pertemuan pertama pada hari Kamis tanggal 14 Juli 2011 dan pertemuan kedua pada hari Sabtu tanggal 16 Juli 2011.
Dengan berpedoman berdasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2006, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi ciri-ciri khusus mahkluk hidup dengan menggunakan pendekatan PAKEM.
Peneliti merancang rencana pelaksanaan pembelajaran dengan indikator siswa dapat menjelaskan pengertian ciri-ciri khusus mahkluk hidup, siswa dapat menyebutkan hewan yang memiliki ciri-ciri khusus untuk mempertahankan hidupnya, siswa dapat menghubungkan antara ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya, dan siswa dapat mengidentifikasi hewan lewat tayangan LCD yang memiliki ciri khusus. Rencana pelaksanaan pembelajaran dari empat indikator tersebut dibagi menjadi dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran. a) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. b) Membuat lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. c) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. d) Merancang setting kelas dengan menata tempat duduk sesuai dengan ruangan kelas. e) Menyiapkan lembar penilaian. (b) Pelaksanaan tindakan, dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran IPA melalui pendekatan PAKEM sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan pendekatan PAKEM. Pada pertemuan pertama ini, konsep IPA yang diajarkan adalah tentang ciri-ciri khusus mahkluk hidup dengan indikator: (1) Memberi contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk kebutuhan hidupnya.(2) Mendeskripsikan ciri khusus yang dimiliki hewan. Untuk memusatkan perhatian siswa, memotivasi dan mengarahkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, Siswa diminta menyebutkan beberapa hewan dan lingkungan hidupnya! Kegiatan inti; (a)  Membagi siswa dalam kelompok kecil (6 orang) dinamakan kelompok Asal, (b) Guru menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing anggota kelompok asal yang terdiri atas: 1) menyebutkan cirri khusus hewan kelelawar dan lingkungannya, 2) ciri-ciri khusus cecak, 3) ciri-ciri khusus bunglon dan lingkungannya, 4) ciri-ciri khusus bebek dan lingkungannya (c) Setelah selesai melakukan diskusi dalam kelompok asal maka setiap anggota kelompok mengambil undian tugas secara individual yang telah disediakan guru. Undian berisi materi-materi yang telah didiskusikan, (d) Siswa diminta menemani teman yang lain yang mempunyai tugas yang sama untuk membentuk kelompok baru (tim ahli) dan mengerjakan tugas yang diterima. Anggota kelompok tersebut berasal dari anggota kelompok asal yang membahas materi berbeda. Jadi anggota kelompok baru jumlahnya lebih banyak dan berisi siswa dan kelompok yang membahas materi berbeda yang dinamakan kelompok ahli. (e) Kelompok ahli kembali berkumpul ke kelompok asal bertugas memberikan informasi dari hasil diskusi kelompok ahli. (f) Meminta perwakilan kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi secara menyeluruh dalam diskusi kelas.
Kegiatan akhir,  secara individu siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, Guru memberikan penguatan terhadap kesimpulan siswa terhadap materi, Pemanjangan hasil tugas dan refleksi.
Pada pertemuan kedua ini, IPA yang diajarkan adalah tentang ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan dengan indikator : (1) Mengkaitkan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya. (2) Melakukan pengamatan hewan lewat layar CD yang memiliki ciri khusus. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan mengabsen siswa. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan, mengapa cicak dapat merayap di atap tanpa jatuh ? apakah yang dimaksud habitat ? Siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban.
Kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan tentang kaitan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya. Siswa mengamati gambar hewan yang memiliki ciri khusus (5 jenis), Siswa mencari informasi tentang kaitan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya (5 jenis) melalui  kegiatan membaca buku, Siswa berdiskusi untuk mencari kaitan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya. Secara bergantian tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, kelompok yang terbaik dalam mempresentasikan diberi penghargaan.
Kegiatan akhir siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, Siswa supaya mengerjakan soal latihan dan setelah selesai guru menilai jawaban siswa, Siswa yang telah tuntas maupun yang belum tuntas diumumkan, Guru menyampaikan kegiatan tindak lanjut berupa program pengayaan bagi yang sudah tuntas dan pembelajaran remedial bagi yang belum tuntas, Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang.
Pertemuan kedua peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama melakukan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan PAKEM. Dari data observasi pada siklus I diperoleh data hasil belajar aktifitas siswa sebagai berikut: Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan peningkatan, perhatian siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan, siswa aktif dalam pembelajaran, 50% dari jumlah siswa sudah berani mengajukan pertanyaan dan pendapat, Siswa menunjukkan peningkatan berkerjasama dalam kelompok, siswa sudah berani dalam mendemonstrasikan media pembelajaran, keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok masih kurang, skor rata-rata 2,73 (baik). Remaja Rosdakarya, (1990). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Data angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran dengan PAKEM dalam proses pembelajaran dijaring melalui angket yang dibagikan kepada seluruh siswa yang berkaitan dengan tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan PAKEM.
Refleksi tindakan pada siklus I, maka peneliti mengulas masih ada 5 siswa dengan nilai yang belum mencapai nilai KKM. Maka peneliti melanjutkan siklus ke II untuk materi ciri-ciri khusus mahkluk hidup dengan menindak lanjuti siklus I. Hasil refleksi dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan siklus I, siswa memperoleh nilai dari 51 sampai 60 sebanyak 1 siswa atau 3,33%, siswa memperoleh nilai 61 sampai 70 sebanyak 15 siswa atau 50%, siswa mendapat nilai 71 sampai 80 sebanyak 11 siswa atau 36,66%, siswa mendapat nilai 81 sampai 90 sebanyak 4 siswa atau 13,33%, siswa mendapat nilai 91 sampai 100 tidak ada atau 0%. Lebih jelasnya tentang pemahaman materi ciri-ciri khusus mahkluk hidup siswa pada tes awal dan tes siklus I siswa kelas VI SDN 004 Tarakan.
Dari hasil analisa data peningkatan kualitas dan hsil belajar tentang ciri-ciri khusus mahkluk hidup siswa pada tes siklus I dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 13,33% dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 83,33%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 70% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 56 dan pada siklus I menjadi 60. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 80 naik menjadi 85 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 68,2% naik pada tes siklus I menjadi 72,27%.
Nilai tersebut sudah di atas rata-rata nilai yang diinginkan dari pihak peneliti dan sekolah. Dalam penelitian tindakan kelas siklus I masih banyak ditemukan kekurangan-kekurangan, antara lain: Bagi Guru; (1) Guru masih belum optimal dalam merespon pertanyaan dan pendapat siswa. (2) Guru belum optimal dalam memberi bimbingan individu maupun kelompok. (3) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik. Bagi Siswa; (1) Siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun masih perlu ditingkatkan lagi agar pemahaman konsep lebih maksimal. (2) Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru masih kurang. (3) Keberanian siswa membacakan hasil kerja di depan kelas masih kurang.
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan lamanya 2x35 menit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Perencanaan tindakan, berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui pendekatan PAKEM yang dilaksanakan pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan pemahaman terhadap ciri-ciri khusus mahkluk hidup yang cukup signifikan. Oleh karena itu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui pendekatan PAKEM dengan indikator yang sama. Kegiatan perencanaan tindakan II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Agustus 2011 di ruang kelas VIB SD Negeri 004 Tarakan. Peneliti merancang kembali tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit). Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan pemahaman terhadap cirri-ciri khusus mahkluk hidup pada siswa melalui pendekatan PAKEM, serta meningkatkan dan mempertahankan pencapaian penguasan materi yang ditujukan untuk memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang cirri-ciri khusus mahkluk hidup. Pada siklus I, maka peneliti perlu menambahkan pada siklus berikutnya. Pembelajaran ini direncanakan dalam dua kali pertemuan yang setiap pertemuan alokasi waktunya 2 jam pelajaran. (a) Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. (b) Membuat lembar observasi siswa dan lember observasi guru. (c) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. (d) Merancang setting kelaas dengan menata tempat duduk sesuai dengan ruang kelas. (e) Menyiapkan lembar penilaian.
Pelaksanaan tindakan, tentang ciri-ciri khusus mahkluk hidup melalui pendekatan PAKEM sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pada pertemuan ini, konsep IPA yang diajarkan adalah tentang ciri-ciri khusus mahkluk hidup dengan indikator : (1) Memberi contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk kebutuhan hidupnya.(2) Mendeskripsikan ciri khusus yang dimiliki hewan.
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, dan mengabsen siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, memotivasi dan mengarahkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, Siswa diminta menyebutkan beberapa hewan dan lingkungan hidupnya! Kegiatan inti; (a)  Membagi siswa dalam kelompok kecil (6 orang) dinamakan kelompok Asal, (b) Guru menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan masing-masing anggota kelompok asal yang terdiri atas: menyebutkan cirri khusus hewan kelelawar dan lingkungan. Menyebutkan cirri khusus hewan cecak dan lingkungannya. Menyebutkan cirri khusus hewan bunglon dan lingkungannya, Menyebutkan cirri khusus hewan bebek dan lingkungannya. (c) Setelah selesai melakukan diskusi dalam kelompok asal maka setiap anggota kelompok mengambil undian tugas secara individual yang telah disediakan guru. Undian berisi materi-materi yang telah didiskusikan (6’) (d) Siswa diminta menemani teman yang lain yang mempunyai tugas yang sama untuk membentuk kelompok baru (timahli) dan mengerjakan tugas yang diterima. Anggota kelompok tersebut berasal dari anggota kelompok asal yang membahas materi berbeda. Jadi anggota kelompok baru jumlahnya lebih banyak dan berisi siswa dan kelompok yang membahas materi berbeda yang dinamakan kelompok ahli. (e) Kelompok ahli kembali berkumpul ke kelompok asal bertugas memberikan informasi dari hasil diskusi kelompok ahli. (f) Meminta perwakilan kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi secara menyeluruh dalam diskusi kelas.
Kegiatan Akhir,  Secara individu siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, Guru memberikan penguatan terhadap kesimpulan siswa terhadap materi, Pemanjangan hasil tugas dan refleksi.
Pada pertemuan kedua ini, konsep IPA yang diajarkan adalah tentang ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan dengan indikator : (1) Mengkaitkan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya. (2) Melakukan pengamatan hewan lewat layar CD yang memiliki ciri khusus. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan mengabsen siswa. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan, mengapa cicak dapat merayap di atap tanpa jatuh ? apakah yang dimaksud habitat ? Siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban.
Kegiatan inti, siswa mendengarkan penjelasan tentang kaitan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya. Siswa mengamati gambar hewan yang memiliki ciri khusus (5 jenis), Siswa mencari informasi tentang kaitan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya (5 jenis) melalui  kegiatan membaca buku, Siswa berdiskusi untuk mencari kaitan ciri khusus hewan dengan lingkungan hidupnya. Secara bergantian tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, kelompok yang terbaik dalam mempresentasikan diberi penghargaan.
Kegiatan akhir siswa bersama guru membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, Siswa supaya mengerjakan soal latihan dan setelah selesai guru menilai jawaban siswa, Siswa yang telah tuntas maupun yang belum tuntas diumumkan, Guru menyampaikan kegiatan tindak lanjut berupa program pengayaan bagi yang sudah tuntas dan pembelajaran remedi bagi yang belum tuntas, Menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang.
Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa melalui pendekatan PAKEM. Berbeda dengan siklus I pendekatan PAKEM yang dilakukan menggunakan berbagai media, mengamati gambar berbagai hewan lewat media LCD. Observasi ini ditujukan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisipasi serta untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok maupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisis perkembangan keaktifan dan pemahaman konsep siswa melalui pendekatan PAKEM dengan menggunakan berbagai media dan metode. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan PAKEM pada materi ciri-ciri khusus mahkluk hidup.
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II diperoleh data hasil belajar afektif siswa sebagai berikut : Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh, kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat, Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat, Siswa aktif dalam pembelajaran, Sudah banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan pendapat, Kerjasama dalam kelompok meningkat,dan rata-rata skor 3,25 (baik).
Dari data observasi pada siklus II diperoleh data hasil belajar  siswa sebagai berikut: tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas, menyiapkan kebutuhan belajar tanpa disuruh, atau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas, siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
Tanggapan siswa pada siklus II untuk mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran dengan PAKEM dalam proses pembelajaran dijaring melalui angket yang dibagikan kepada seluruh siswa yang berkaitan dengan tanggapan atau respon siswa terhadap penerapan PAKEM.
Hasil angket menggambarkan bahwa dari 30 siswa, sebanyak 88,33% menyatakan sangat setuju dengan menggunakan penerapan PAKEM dalam proses pembelajaran adalah sangat menarik, mudah, lebih baik, dan sangat setuju untuk dilanjutkan penerapannya. Adapun sebanyak 11,67% siswa menyatakan setuju, dan tidak ada seorang pun yang menyatakan tidak tahu, tidak setuju, apalagi sangat tidak setuju. Dengan demikian dapat dismpulkan bahwa penerapan dengan pendekatan PAKEM mendapat tanggapan atau respon sangat positif dari siswa sehingga penerapannya dapat dinyatakan sangat efektif.
Refleksi setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes belajar siswa. Dari nilai tes belajar siswa dapat diketahui pemahaman konsep ciri-ciri khusus mahkluk hidup siswa meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal mengenai materi ciri-ciri khusus mahkluk hidup.
Dari data nilai siklus II dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai dari 61 sampai 70 sebanyak 9 siswa atau 30%, siswa mendapat nilai dari 71 sampai 80 sebanyak 13 siswa atau 43,33%, siswa yang memperoleh nilai dari 81 sampai 90 sebanyak 6 siswa atau 20%, siswa yang memperoleh nilai dari 91 sampai 100 sebanyak 2 siswa atau 6,67%. Lebih jelasnya tentang pemahaman materi ciri-ciri khusus makhluk hidup pada tes awal dan siklus I siswa kelas VIB SDN 004 Tarakan.
Dari hasil analisa data peningkatan kualitas dan hsil belajar tentang ciri-ciri khusus mahkluk hidup siswa pada tes siklus II dapat disimpulkan bahwa persentasi hasil tes siswa yang tuntas naik 30% dengan nilai batas tuntas 65 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus II sebesar 100%, yang semula pada tes awal hanya terdapat 70% siswa mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 56 dan pada siklus II menjadi 65. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 80 naik menjadi 98 dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 68,2% naik pada tes siklus II menjadi 76,6%.
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah pendidikan dan pembelajaran uggul. Faktor pendidikan dan pembelajaran unggul ini terutama peningkatan sumber daya manusia tercermin dalam perlakuan guru terhadap peserta didik dan interaksi selama proses pembelajaran. Menurut hemat penulis Pembelajaran yang Unggul itu dengan penerapan PAKEM dalam pembelajaran IPA.
Pada penerapan PAKEM pembelajaran berpusat pada siswa dan interaksi terjadi multi arah. Anak sejak kecil dilatih untuk menjadi ilmuwan muda dengan mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran. Ketika proses pembelajaranpun situasi kelas menjadi hidup, dinamis dan menyenangkan. Karena anak aktif mengalami sendiri, menyampaikan opini, mengamati, mengumpulkan data, membuat prediksi dan melakukan percobaan. Anak dengan antusias mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan fisik anak dan media pembelajaran.
Dengan keaktifan anak yang bukan hanya aktif secara fisik, tetapi aktif secara psykhis dan emosional. Maka anak akan menyusun sendiri pengetahuan dan informasi yang didapatnya. Diharapakan pengetahuan yang diperoleh anak bukan yang bersifat ingatan jangka pendek tetapi ingatan jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan PAKEM dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil nilai tes tertulis yang diperoleh siswa pada data tes awal jumlah siswa yang tuntas adalah 21, siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah 25, yang tidak tuntas 5 dengan nilai rata-rata 72,3. Pada siklus II dari jumlah siswa 30 seluruhnya telah tuntas 100% dengan nilai rata-rata 76,6. Dengan demikian kenaikan rata-rata nilai tes tertulis pada siklus I ke siklus II adalah 4,33%. Data hasil rekapitulasi nilai tes ada pada lampiran 11.
Pada prinsipnya seluruh rangkaian proses penelitian dengan menggunakan pendekatan PAKEM ini adalah membantu siswa untuk melihat makna suatu teori atau bahan pelajaran dalam hal ini adalah materi pokok cirri-ciri khusus mahkluk hidup, dengan cara mengkaitkan konsep materi pelajaran dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, bahwa terjadi peningkatan kualitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan  PAKEM. Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang diperoleh siswa, berdasarkan hasil test tertulis pada tes awal jumlah siswa belajar tuntas adalah 21, siklus I jumlah siswa belajar tuntas adalah 25, yang tidak tuntas 5 dengan nilai rata-rata 72,3, dan pada siklus II dari jumlah 30 siswa  seluruhnya telah tuntas 100% dengan niali rata-rata 76,2 dengan nilai KKM yang telah diharapkan oleh pihak sekolah telah tercapai yaitu 65.
Berdasarkan simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran sebagai berikut: 1) Bagi guru, agar Pendekatan PAKEM dapat digunakan sebagai alternatif pilihan dalam pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran di  kelas-kelas yang berbeda sehingga guru akan terbiasa menyelenggarakan pembelajaran yang mengembangkan berbagai aktifitas siswa. 2) Selain itu Pendekatan PAKEM agar dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain di kelas VI dan kelas-kelas lain untuk melatih anak berfikir secara ilmiah yang menyenangkan. 3) Bagi peneliti, keberhasilan yang dicapai pada penerapan Pendekatan PAKEM pada penelitian ini belum dapat dilihat sepenuhnya, sehingga perlu adanya penelitian lain dengan menggunakan pembelajaran yang berbeda ataupun kelas yang berbeda . 4) Hasil penelitian ini bersifat terbuka, maka bagi peneliti lain dapat melakukannya dengan metode penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis, (2010 97-98),  Kualitas dan Mutu Hasil Belajar
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Arinti, I (2005) Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk meningkatkan kecakapan akademik siswa.
Azwar, S (2010) Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
BNSP, (2006), Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta
Nggandi Katu, (1999:2). Pembelajarn Aktif, Kreaktif, Efektif, dan Menyenangkan
Depdiknas. (2006), .Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui MBS, PAKEM.
Hendriani, Yeni, (2007), Model Pembelajaran PAKEM, SD, Bandung
Suhartanti Dwi, (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MTs - Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Suparno Paul. (2007). Kajian dan Pengantar Kurikulum IPA SD/MI. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Samatoa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas.


Rabu, 21 Desember 2011

10 Cara untuk Meningkatkan Prestasi di Sekolah

10 Cara untuk Meningkatkan Prestasi di Sekola

       Ditulis pada hari Kamis, 17 November 2011 | 14:37 WIB

Selamat bertemu lagi dengan kaka dari situs batara Raya Media sebuah situs yang bergerak dibidang jasa pembuatan, agar kalian dapat menjadi seorang murid yang berprestasi di sekolah, tips-tips dibawah ini mudah-mudahan dapat membantu adik-adik, ada 10 cara penting yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan prestasi di sekolah:

1. Jadilah seorang pemimpin. Latihlah rasa tanggung jawabmu.
Apabila guru meminta bantuanmu untuk mengerjakan sesuatu misalnya membersihkan kelas, jangan ragu untuk menerimanya. Ajak beberapa teman kelas dan pimpin mereka untuk membersihkan kelas bersama-sama.
2. Mendengarkan penjelasan guru dengan baik.
Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru apabila kamu mengetahui jawabannya. Jangan menunggu guru untuk memanggil kamu untuk menjawab pertanyaan.
3. Jangan malu untuk bertanya.
Selalu ajukan pertanyaan kepada guru apabila tidak mengerti tentang sesuatu hal.
4. Kerjakan PR dengan baik, jangan selalu mencari alasan untuk tidak mengerjakannya.
Jangan malas mengerjakan PR dengan alasan lupa atau menunda-nunda mengerjakannya. Enak kan kalau kita cepat mengerjakan PR, jadi masih punya banyak waktu untuk bermain dan nonton TV deh!
5. Setiap pulang dari sekolah, selalu mengulang pelajaran yang tadi diajarkan.
Nanti sewaktu ada ulangan jadi tidak banyak yang harus dipelajari! Asyik!
6. Cukup istirahat, makan dan bermain.
Semuanya dilakukan secara berimbang. Setelah pulang sekolah, kita sering ingin cepat-cepat bermain dan melupakan segala hal penting lainnya, contohnya makan dan istirahat. Padahal setelah seharian di sekolah, tak terasa badan kita membutuhkan masukan energi tambahan yang bisa didapatkan dari istirahat dan makanan yang kita makan. Oleh karenanya kita harus dapat membagi waktu untuk makan, istirahat dan bermain. Kalau semuanya dilakukan dengan baik, badan jadi segar setiap hari! Jadi tidak sering mengantuk di kelas!
7. Banyak berlatih pelajaran yang kurang disuka.
Apabila kamu tidak menyenangi suatu mata pelajaran, contohnya matematika, maka banyak-banyaklah berlatih, mengikuti kursus atau belajar berkelompok dengan teman. Sehabis belajar bisa bermain dan menambah teman baru di tempat kursus. Selain itu, siapa tahu dari kurang menyukai matematika, kalian malahan menyukainya.
8. Ikutilah kegiatan ektrakurikuler yang kamu senangi.
Cari tahu kegiatan apa yang cocok dan kamu suka. Contohnya apabila kalian suka pelajaran tae kwon do, cobalah untuk mengikuti kursus dari kegiatan tersebut, sehingga selain belajar pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, kalian juga dapat mendapatkan pelajaran tambahan di luar sekolah.
9. Cari seorang pembimbing yang baik.
Orangtua adalah pembimbing yang terbaik selain guru. Apabila ada yang kurang jelas dari keterangan guru di sekolah, kalian dapat menanyakan hal tersebut kepada orang tua. Selain itu, kalian juga dapat belajar dari teman yang berprestasi.
10. Jangan suka mencontek teman.
Kalau mencontek, kamu bisa bodoh karena tidak berpikir sendiri. Lagipula belum tentu, teman yang kamu contek itu menjawab pertanyaan dengan benar. Belum lagi kalau ketahuan guru dan teman lain, malu kan? Kalau kamu rajin belajar, pasti bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar sehingga ulangan dapat nilai baik.

Strategi Mengembangkan Mutu Pendidikan Melalui Pendekatan PAIKEM

Strategi Mengembangkan Mutu Pendidikan Melalui Pendekatan "PAIKEM"

       Ditulis pada hari Rabu, 30 November 2011 | 14:47 WIB

Mengawali tulisan ini, kami dari batara raya media ingin memberikan beberapa pemikiran dalam rangka upaya untuk mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran. Pokok-pokok pikiran ini merupakan bagian dari visi dan misi sekolah.
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparatis antara pencapaian academic standard dan performance standard. Faktanya, banyak peserta didik menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Senagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunkan atau dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagai mana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja.
Perlu diketahui bahwa disparitas pendidikan selama ini terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian-pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami. Pembelajaran berlatar realitas artificial. Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insane yang mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artificial adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati.
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Pertanyaannya, bagaimana menemukan cara terbaik menciptakan pembelajaran bermakna?
Seiring dengan pengembangan filsafat kontruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan kontruktif. Salah satu pemikiran kritis itu dan salah satu upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan atau PAIKEM.
Pembelajaran, menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya.
Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.
Inovatif, pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makan itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang dilakoninya.
Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem.
Efektif, pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif “memudahkan” peserta didik belajar sesuatu yang “bermanfaat”.
Menyenangkan, pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang didera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinnya. Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas.
Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukunagn teoritis, model pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikan metode-metode PAIKEM. Diantaranya yaitu metode Jigsaw,Think-Pair-Share,Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match, Bamboo Dancing,Listening Team, Inside-Outside Circle, Point-Counter-Point, dan The Power of two.
PAIKEM sebagai proses learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Aspek pengetahuan-pengetahuan tersebut penting sebagai landasan bagi guru maupun calon guru berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya.
Bertolok pada kebutuhan pendidikan di era global dan tuntutan profesionalisme kependidikan, metode bertajuk PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) proses dan hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat. Dengan meningkatnya proses dan hasil belajar maka diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat. Oleh karena itu,semoga dapat menjadi referensi bagi guru khususnya dan insan-insan yang mempunyai atensi di bidang pendidikan pada umumnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa di negeri ini.